Adakah Sholat Sunnah Qobliyah Jum’at

Di antara sunnah ketika menghadiri shalat Jumat adalah memperbanyak shalat sunnah. Selain shalat tahiyatul masjid, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak shalat sambil menunggu datangnya Imam atau Khatib. Namun sebagian kalangan menganggap shalat ini adalah shalat sunnah rawatib sebelum Jumat, layaknya shalat sunnah waktu Dhuhur. Lalu bernarkah demikian? Berikut kami kutib pendapat para ulama dalam menjawab persoalan ini.

Dalam kitab Al-Jumu’ah; Âdâb Wa Ahkâm, Syaikh Abu Al-Mundzir As-Sa’idi berkata; Berkenaan dengan shalat Sunah sebelum (qabliyah) shalat Jumat, shalat tersebut tidak ada menurut pendapat yang paling shahih dari dua pendapat di kalangan para ulama, yaitu pendapat Imam Malik, Ahmad dalam pendapat yang masyhur, dan salah satu pendapat di kalangan ulama mazhab Syafi’i. Akan tetapi, yang disunahkan ialah melakukan perkara-perkara sunah yang bersifat umum.

Read More

Yang demikian ini selaras dengan hadits Salman Al-Farisi, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى

”Tidaklah seorang muslim mandi pada hari Jumat, bersuci dengan sebaik-baiknya, mengoleskan minyak, atau memakai wangi-wangian yang ada di rumahnya. Lalu berangkat menuju masjid dan ia tidak menceraiberaikan hubungan baik dua orang saudaranya. Kemudian ia melaksanakan shalat semampunya, dan ketika imam membacakan khutbah ia diam, melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya antara satu Jumat ke Jumat berikutnya’.” (HR. Bukhari)
BACA JUGA  Shalat Sendiri di Belakang Shaf, Apa Hukumnya?

Yang dijadikan dalil dari hadits ini ialah lafal, “Kemudian ia melaksanakan shalat semampunya.” Maknanya adalah shalat sunnah secara mutlak. Artinya shalat sunnah yang dikerjakan semampu mungkin dengan bilangan yang tidak terbatas.

Pendapat ini dikuatkan dengan beberapa contoh yang dipraktekkan oleh ulama salaf. Sebuah riwayat dari Naafi’ menyebutkan bahwa Dahulu Ibnu Umar mengerjakan shalat sunnah sebelum Jum’at sebanyak 12 raka’at.” (Fathul Bari, 8/329).

Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata:

وأما سنة الجمعة التي قبلها فلم يثبت فيها شيء

“Adapun shalat sunnah rawatib sebelum Jum’at, maka tidak ada hadits shahih yang mendukungnya.” (Fathul Bari, 2/426)

Pendapat ini dikuatkan juga oleh Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad,

وكان إذا فرغ بلال من الأذان أخذ النبي صلى الله عليه وسلم في الخطبة ، ولم يقم أحد يركع ركعتين البتة ، ولم يكن الأذان إلا واحدا ، وهذا يدل على أن الجمعة كالعيد لا سنة لها قبلها ، وهذا أصح قولي العلماء ، وعليه تدل السنة ، فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يخرج من بيته ، فإذا رقي المنبر أخذ بلال في أذان الجمعة ، فإذا أكمله أخذ النبي صلى الله عليه وسلم في الخطبة من غير فصل ، وهذا كان رأي عين ، فمتى كانوا يصلون السنة ؟

“Jika Bilal telah mengumandangkan adzan Jumat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung berkhutbah dan tidak ada seorang pun berdiri melaksanakan shalat dua raka’at kala itu. (Di masa beliau), adzan Jum’at hanya dikumandangkan sekali. Ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at itu seperti Shalat ‘Ied yaitu sama-sama tidak ada shalat sunnah qabliyah sebelumnya. Inilah di antara pendapat ulama yang lebih tepat dan inilah yang didukung hadits. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu pernah keluar dari rumah beliau, lalu beliau langsung naik mimbar dan Bilal pun mengumandangkan adzan. Jika adzan telah selesai berkumandang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkhutbah dan tidak ada selang waktu (untuk shalat sunnah kala itu). Inilah yang disaksikan di masa beliau. Lantas kapan waktu melaksanakan shalat sunnah (qobliyah Jumat tersebut)?”(Zaadul Ma’ad, 1/422)

Jadi, menurut pendapat jumhur, memperbanyak shalat sunnah yang dimaksud adalah sunnah secara mutlak, bukan sunnah rawatib qabliyah Jumat. Jumlahnya pun tidak terbatas dua rakaat, tapi boleh dilakukan semampu mungkin selagi khatib belum naik ke atas mimbar. Wallahu a’lam bis shawab!

Sumber : Kiblat.Net
https://www.kiblat.net/2017/08/04/adakah-shalat-sunnah-qabliyah-jumat/

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *