Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah keletihan, kepayahan, kesedihan, gundah gulana dan tindakan tidak menyenangkan yang menimpa seorang mukmin, sampai duri yang menusuk (kaki)nya, kecuali melalui perantaraan hal hal tersebut Allah akan mengampuni dosa dosanya.”
[HR Muslim]
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata:
“Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada dalam musibah itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada dalam kesenangan, niscaya hati dan lisannya akan sibuk untuk selalu mensyukurinya”.
[Syifa ul ‘Alil : 525]