WASPADA, HAWA NAFSU BERKUASA

    Seorang ulama yang menjadi gurunya para ulama besar, seperti Ibu Katsir yang terkenal dengan Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim, Ibnul Qoyyim yang terkenal sebagai dokter hati, dengan salah satu karyanya ighotsatul lahfan dan juga Imam Adz-Dzahabi dengan salah satu karya besarnya Siyaru a’lam An-Nubala, beliau adalah syaikhul Islam Taqiyyuddin yang terkenal dengan sebutan Ibnu Taimiyyah yang lahir pada tahun 661 H dan wafat pada tahun 728 H. Beliau pernah berkata,

الـمَحْبُوْسُ مَنْ حُبِسَ قَلْبُهُ عَنْ رَبِّهِ، وَالْمَأْسُوْرُ مَنْ أَسَرَهُ هَوَاهُ

Read More

“ Orang yang dipenjara adalah orang yang hatinya terhalang dari Robb-nya, dan orang yang tertawan adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya.” [ Dzailu Thobaqotil Hanabilah karya Ibnu Rojab Al-Hambali : 2/322,402 ]

Hawa nafsu berarti kecenderungan manusia kepada perkara yang di sukai oleh jiwanya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa para salaf menggelari sebagian orang yang menisbatkan diri kepada ilmu atau ibadah sebagai pengikut hawa nafsu, karena mereka menyelisihi petunjuk Allah SWT, yaitu ilmu agama yang diwahyukan kepada para khalifah-Nya, seperti yang telah difirmankan kepada Nabi Dawud Alaihis Salam :

يَادَاوُ دُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيْفَةً قِى الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ , إِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ بِّمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ.

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Barisan kata di atas hari ini dapat kita saksikan pada kenyataan hari ini. kita melihat atau mendengar atau membaca fenomena manusia memuji suatu perbuatan namun tidak lama kemudian dia mencelanya, mereka mencela sesuatu namun kemudian dia sendiri melakukannya, dia meniru sosok terpandang dan berpangkat tanpa mendasarkan atas dasar-dasar syariat. Mereka menyambut perkataan dan perbuatan serta menjadikannya sebagai pondasi berfikir hanya karena mendengar dari kebanyakan manusia. Dan yang sangat tidak masuk akal lagi ada tipe manusia yang melakukan perbuatan yang tampak jelas itu buruk dan tercela, tetapi dia mati-matian membelanya dan mendukungnya dengan segala alasan yang bisa membenarkan atau mewajarkannya. Dan masih bayak lagi fenomena manusia yang tidak mungkin kita sebutkan semua di sini.

Hal itu akan terjadi pada diri manusia-manusia yang tidak berkata kecuali dengan hawa nafsunya, diamnya karena hawa nafsunya, jika berbuat karena menuruti hawa nafsunya, jika meninggalkan juga karena hawa nafsunya. Yang demikian dikarenakan hawa nafsunya telah membutakan mata hatinya, menulikan pendengarannya, dan membisukan lisannya, serta melumpuhkan energy geraknya.

Pengertian Hawa Nafsu
Menurut bahasa adalah الهَوَى (al-hawa) yang artinyaالمَيْلُ  (kecendrungan) terhadap sesuatu yang baik atau yang buruk. Sementara menurut istilah sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa ulama, seperti Ibnul Qoyyim beliau berkata, “keinginan kepada sesuatu yang menguatkan, di mana ini sangat dibutuhkan demi eksistensinya sebagai manusia normal.” Pendapat ini sama dengan pendapat Ibnu Rojab Al-Hambali. Seperti rasa kepingin terhadap makanan dan minuman, jika dia tidak makan dan minum akibatnya akan sakit atau mungkin mati, dan juga menikah sehingga dengannya manusia tetap ada hingga saat ini. Dalam hal ini hawa nafsu punya peran dan memberi isyarat kepada manusia terhadap sesuatu yang bermanfaat. Sementara hawa nafsu akan menjadi tercela manakala keinginan terhadap sesuatu melampaui batas dengan indikasi mulai pudarnya semangat beramal dan lebih mengikuti kemauan diri sendiri.

Dengan demikian hawa nafsu terbagi menjadi dua macam, hawa nafsu yang terpuji dan hawa nafsu yang tercela. Dalil yang menguatkan bahwa ada hawa nafsu yang terpuji adalah Rasulullah saw bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Kalian tidak dikatakan mukmin sempurna, sebelum hawa nafsunya benar-benar mengikuti apa-apa yang aku bawa.”

Hadits ini tidak terdapat di kitab-kitab hadits yang enam, tetapi terdapat di dalam kitab al-Hujjah dan Imam Nawawi mencantumkannya di dalam kitab arbain. Mayoritas ulama mengakui makna hadits ini benar karena banyak pendukung meskipun jalur periwayatan hadits ini mungkin ada yang mengatakan lemah. Dalam hal ini para ulama ushul dan ahli hadits berpendapat: “sebuah hadits yang sanadnya lemah, namun dia memiliki dalil-dalil lain dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mendukung (maknanya), maka kedudukannya menguat dan naik menjadi hadits hasan li ghairihi (artinya hadits itu baik karena suatu sebab).”

Sementara hawa nafsu yang tercela biasanya terjadi dalam urusan dien yang dikenal dengan orang-orang yang menambah atau mengurangi tata cara di dalam beribadah kepada Allah. Atau dalam urusan syahwat dunia yakni pada perkara mubah seperti, makan, minum, menikah, berpakaian, dan pada perkara haram seperti, berzina, mencuri, minum khamer, berbuat zhalim yang mana para pelakunya disebut fajir atau fasiq.

Menuruti hawa nafsu sangat tercela karena mereka adalah orang yang tersesat dari jalan Allah, QS. Shad [38]:26, mereka adalah orang bodoh, QS. Al-Jatsiyah [45]:18, mereka adalah orang zhalim, QS. Al-Baqoroh [2]:145, mereka adalah orang yang tidak bisa berbuat adil, QS. An-Nisa [4]:135. Bahkan lebih mengerikan lagi, kata Allah, tidak ada seorangpun yang lebih sesat dari orang yang menuruti hawa nafsunya, “Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.” QS. Al-Qoshash:50

Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتُ الْغَيِّ فِيْ بُطُوْنِكُمْ وَفُرُوْجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى

“Di antara yang sangat aku takutkan menimpa kalian adalah syahwat-syahwat dosa yang menggoda perut-perut kalian, kemaluan-kemaluan kalian, dan fatamorgana hawa nafsu.” HR. Ahmad di dalam musnadnya dan menurut Al-Haitsami, jalur periwayatannya dari para perowi yang shahih, (Majma’u Az-Zawaid:1/188).
Sementara sebab utama seseorang dikuasai oleh hawa nafsu ada dua perkara;
1.    Kelemahan iman yang berdampak pada diri seseorang muncul hasad, tertipu ingin mendapatkan popularitas diri, mengekor pada keinginan biologis, dan lemah kemauan, serta bergantung pada kehebatan dunia.
2.    Sering bergaul dan berteman dengan orang-orang yang menyelisihi contoh rasulullah saw. (Ulul Albab Team)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *