Pada sembilan hari pertama dibulan Dzulhijjah ini kaum muslimin dianjurkan untuk melaksanakan puasa. Hal ini sebagaimana didasarkan pada sebuah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
“Dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya, dari beberapa istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mereka berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berpuasa sembilan hari dibulan Dzulhijjah, hari asyura dan tiga hari dalam sebulan. ”
(HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Syeikh Albani)
Diantara puasa sembilan hari yang disunnahkan ini, yang paling sangat ditekankan untuk dilakukan adalah puasa pada hari Arafah, yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah dimana pada saat itu seluruh jamaah haji sedang melakukan wukuf di padang Arafah.
Keutamaan puasa Arafah ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Shaum pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) aku berharap dengannya Allah akan rnengampuni dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.”
(HR. Muslim)