Mengapa Allah Ciptakan Pelaku Keburukan?

Dalam benak manusia yang mengerti makna Qadha dan Qadhar secara hakekat, ada menyisakan pertanyaan yang mendasar, yaitu jika saja si fulan itu telah diketahui oleh Swt sejak Azaliy bahwa ia akan berbuat buruk dan pelanggaran, maka mengapa Allah Swt ciptakan si fulan itu, bukankah Allah swt itu telah Tahu sejak Azali bahwa Fulan akan berbuat kemungkaran?. Maka untuk mencari tahu jawaban akan hal ini, dapat ditelusri melalui dua hal :

Pertama :

Read More

Bahwa penciptaan manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan memilih pada hal baik atau buruk adalah salah satu nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah Swt kepada manusia, selain dari nikmat diciptakan sebagai manusia yang terlahir ke dunia, dan anugerah Allah Swt ini yaitu kebebasan memilih yang baik dan yang buruk, ini terpisah tersendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang kemudian manusia itu akan pilih untuk dirinya sendiri, jadi pilihannya kemudian adalah satu ketetapan manusia sendiri yang bertanggung jawab, sedangkan kemampuan untuk memilih itu adalah diadakan sebelumnya oleh Allah Swt sebagai nikmat pemberian Allah Swt yang melengkapi kesempurnaan manusia. Kalau tersebut seorang manusia itu memilih baik atau buruk untuk dirinya sendiri maka tidak dapat dikembalikan kepada Allah Swt bahwa baik buruk itu tanggung jawab Allah Swt. sama sekali tidak dapat dikatakan demikian. Allah Swt hanya mengadakan nikmat keberadaan dan satunya lagi nikmat kemampuan untuk memilih yang baik atau buruk.

Kedua :

Orang yang menyisakan pertanyaan dalam benak yaitu mengapa Allah swt menciptakan mereka yang telah diketahui kemudian hari akan melakukan perbuatan mungkar,itu ia beranggap  bahwa alam  ini seharusnnya hanya satu model yaitu baik seluruhnya dan tidak perlu ada kejahatan dan penderitaan dan kesedihan, maka agar tercipta model seperti ini maka manusia seharusnya hanya memilih dalam keberadaannya itu hal hal yang ia ketahui akan baik untuk dirinya dan baik untuk orang lain saja. jika alam ini modelnya seperti ini maka akan tidak berarti lagi apa itu kewajiban yang merupakan persoalan taklif atau pembebanan pada seseorang dan tidak akan ada lagi  sunah sunah yang berupa nawafil dan pada akhirnya pahala dan dosa tidak ada lagi. karena semua itu adalah elemen nilai yang ada pada diri manusia yang kemudian muncul karena usaha dan kesungguhan dari dalam sanubari manusia menghindari danmelewatkan batasan keburukan dan ujian itu, kalau seperti itu yang terjadi, maka alam ini tidak menyisakan lagi hikmah dan nilai pengajaran yang tinggi, karena nilai pengajaran itu muncul karena proses melewati kebodohan  atau keburukan menuju pemahaman dan kebaikan, Maka firman Allah Swt dalam surah al-Furqon tidak berarti lagi :

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا

“Dan kami jadikan sebahagian kalian cobaan terhadap sebahagian yang lain. Maukah kalian bersabar?; dan adalah Rabbmu maha Melihat.” [Al-Furqân: 20].

Sedang makna yang terkemuka dalam ayat tersebut adalah bahwa manusia tidak dapat dikatakan sebagai cobaan terhadap lainnya kecuali bila dalam langkah baik seorang manusia itu dihalangi atau diganggu oleh langkah buruk orang lain, atau dengan kata lain bahwa keberadaan baik itu beriringan dengan keberadaan keburukan di dunia ini. Dan bila Seluruh manusia jauh dari keburukan dan hanya berbuat baik saja, maka akhirat pada akhirnya tidak berarti, karena kehidupan akhirat itu tiada lain adalah penebusan atas kehidupan dunia yang penuh dengan cobaan dan keburukan. maka apa yang mau ditebus diakhirat bila dalam kehidupan dunia seluruhnya baik dan tiada dosa di dunia. bila alam raya ini bebas dari ujian dan cobaan maka gambarannya adalah bagaikan bunga indah yang mekar dipandang manusia keindahannnya lalu kemudian layu dan gugur tidak bermakna, tanpa ada tada tanya mengapa mekar, lalu layu dan mengapa bunga itu gugur.

Allah Swt telah memuliakan manusia dengan beban atau taklif, lalu menyiapkan dibalik taklif itu ada pahala atau dosa, beban ini membutuhkan kesungguhan dan upaya, beban ini tidak dapat dikerjakan melainkan harus dengan melewati berbagai kesulitan kesulitan menghadapi hawa nafsu, instin buruk, dan tendensi-tendensi buruk yang ada dalam jiwa manusia. Lalu manusia dipersenjatai Allah Swt dengan kerinduan dan keinginan untuk berbuat baik dan benar, maka setelah itu ia dimampukan memilih yang terbaik dalam hidupnya, yaitu ia dapat memenuhi keinginannnya dan kecenderungannnya, hal ini tidak dapat terjadi melainkan bila telah disiapkan materi materi dasar/pijakan pemenuhan keinginan baik atau buruk, yang tak lain adalah kekuatan dalam diri, akal, rasa ego diri, ilmu pengetahuan, material bumi, berbagai makanan disekitar manusia, semua ini adalah merupakan materi dasar/pijakan timbulnya kebaikan dan keburukan pada diri manusia.. jika yang dikerjakan manusia itu berupa kebaikan maka timbul karena usahanya dan jika buruk yang terjadi dan dikerjakan maka itu akibat kelalaiannya dan kebodohannya dalam menundukkan materi materi bdasar ini, atau pijakan ini, maka hal ini sejalan dengan firman Allah Swt :

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Terjemahnya : Kami akan menguji kamu dengan Syarr (keburukan) dan Khair (kebaikan) sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al-Anbiya’ 35)

Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini;

نبتليكم بالشر والخير فتنة، بالشدة والرخاء، والصحة والسقم، والغنى والفقر، والحلال والحرام، والطاعة والمعصية والهدى والضلال..

 “Kami mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah, dengan susah dan senang, sehat dan sakit, kaya dan miskin, halal dan haram, taat dan maksiat, petunjuk dan kesesatan…”

Maka sebagai kesimpulan adalah bahwa apa yang terlihat di lingkungan sekitar, tentang adanya berbagai kebobrokan dan dekadensi moral, bahkan kerusakan fisik dan non fisik, tiada lain karena buruknya manusia memanfaatkan materi materi dasar/pijakan dari kebaikan dan keburukan yang dihamparkan Allah Swt di hadapan manusia, maka semua itu terjadi atas pilihan dari manusia itu sendiri bukan merupakan hal yang dipilhkan Allah Swt atas manusia, Surat Al-A’raf Ayat 85 :

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Terjemahnya : dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.

Walhamdulillahi bini’matihi tatimmus sholehaat.

Sumber : islamkontemporer.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *